PENDAHULUAN
Seorang
tokoh yang paling berpengaruh tiada tandingannya di dunia ini adalah Nabi
Muhammad, satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses luar
biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.[1] Nabi Muhammad sosok
manusia yang ma’sum dan berbudi pekerti yang baik menjadi contoh yang terbaik pula bagi umatnya, seperti
firman Tuhan “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan
kedatangan hari kiamat”.
Dalam
sejarahnya beliau, Nabi
Muhammad menegakkan dan menyebarkan agama Islam dengan gigih. Pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang
pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Keluhuran budi pekerti beliau menjadi
suri tauladan bagi siapapun yang mendambakan kedamaian dan kebahagiaan.
Pencapaian ajaran yang dibawanya menjadi obor penerang bagi setiap pecinta
kebenaran. Beliau adalah nabi terakhir yang diutus Tuhan kepada umat menusia
dan menjadi penyempurna dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
terdahulu.
Pada pembahasan ini akan menguraikan
mengenai tokoh terkemuka dari seorang nabi pembawa peringatan dan kabar gembira
kepada umatnya yaitu Nabi Muhammad SAW, ditilik dari penafsiran-penafsiran ayat
al-Qur’an yang terkait adanya kanabian dan kepribadian pada diri Nabi Muhammad SAW.
PEMBAHASAN
A.
Firman Allah ayat 81 surat Al-‘Imran :
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا
مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ
فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah),
ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang
aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah, kemudian datang kepadamu seorang
Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh
beriman kepadanya dan menolongnya"[2].
Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap
yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah
berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Al-‘Imran:81)
Dikatakan bahwa
Allah mengambil sumpah para nabi agar
sebagian dari mereka membenarkan sebagian yang lain[3], menurut perkataan Said
bin Jubair, Qatadah, Thawus dan Hasan bahwa itulah makna menolong dengan membenarkan sebagian yang lain. Thawus
berkata,’’Allah telah mengambil perjanjian pertama
dari para nabi untuk beriman terhadap
ajaran nabi yang lainnya”. Ibnu mas’ud
menafsirkannya “ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari orang-orang
yang diberi kitab”[4]. Orang-orang basrah mengatakan bahwa jika Allah mengambil janji
para Nabi
maka Allah mengambil pula janji dari orang-orang yang bersamanya. Karena mereka
telah membenarkan perkataan Nabi juga”[5].
Sibawaih berkata,”aku
bertanya kepada khalil bin ahmad mengenai firman Allah “Dan (ingatlah)
ketika Allah mengambil perjanjian para nabi
Sungguh apa saja yang aku berikan kepadamu
berupa kitab dan hikmah, Khalil menjawab bahwa kata
لماartinya ‘yang’.
Kemudian kalimat من كتب وحكمة . Kataمن berfungsi untuk menjelaskan bentuk. Firman
Allah “kemudian datang kepadamu seorang rasul
yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh
beriman kepadanya dan menolongnya”.yang dimaksud
dengan Rasul pada ayat tersebut adalah Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan
pendapat Ali dan Ibnu Abbas kata rasul meski nakirah tapi mengisyaratkan orang
tertentu. Allah mengambil perjanjian ini dari seluruh nabi untuk percaya kepada
Nabi Muhammad dan menolongnya jika mereka bertemu dengannya. Allah juga
menyuruh mereka untuk mengambil sumpah dari umat-umat mereka.[6]
Sedangkan huruf ل pada kalimat لتؤ
منن به adalah jawaban dari sumpah yang diambil. Kedudukanya sama dengan
kedudukan sumpah.
B. Firman Allah ayat 158 surat Al-‘Araf :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah:
"Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu
Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat
petunjuk". (al-‘Araf:158)
Diriwayatkan
bahwasanya nabi Musa telah
menyampaikan kabar gembira itu dan begitu juga dengan nabi Isa,
kemudian kali ini Nabi Muhammad diperintahkan untuk mengatakanya secara langsung
lewat dirinya sendiri yaitu”sesungguhnya aku adalah utusan
Allah untuk kalian semua”. Apakah kita tidak ingin
mendapatkan petunjuk-Nya dengan mengikuti Nabi melalui utusanNya? sedang nabi
yang kedudukannya sebagai kekasih Allah saja masih menyembah dan beriman
kepada-Nya.
Adapun yang
dimaksud dari lafazhكلمته
adalah
kalam Allah yang tertulis dalam kitab-kitabnya yaitu Taurad, Injil, Zabur dan
Al-Qur’an.
C. Firman Allah ayat 21 surat Al-Ahzab :
لَقَدْ كانَ لَكُمْ في رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah. (al-Ahzab:21)
Kata اسوة sama artinya dengan قضوةyaitu teladan. Sedangkan اسوةحسنة adalah perbuatan Nabi
dan teladan yang baik yang harus di ikuti oleh seorang muslim pada setiap
perbuatannya dan pada setiap keadaannya. Dan siapakah
di dunia yang lebih baik memberikan teladan selain Nabi Muhammad?
Ayat ini termasuk
sindiran terhadap orang-orang yang absen dalam peperangan. Artinya mengapa
kalian tidak ikut berperang padahal kalian telah diberikan contoh yang baik
dari Nabi. Dimana beliau telah berusaha dengan keras untuk memperjuangkan agama
Allah dengan ikut berperang dalam perang khandak[7].
Para ulama ada
perbedaan pandangan mengenai hukum meneladani Nabi yang tertera pada ayat
tersebut. Ada dua pendapat yang berkembang dikalangan para ulama’ tentang
masalah ini.
1.
Perintah ini bersifat wajib, kecuali jika ada dalil lain yang
mengatakan bahwa perintah ini hanya sunnah.
2.
Perintah ini bersifat sunnah, kecuali ada dalil lain yang
menyebutkan bahwa perintah ini bersifat wajib.
Namun besar
kemungkinan bahwa perintah pada ayat ini diwajibkan pada permasalahan
keagamaan, sedangkan untuk masalah keduniaan perintah ini hanya bersifat sunnah
saja.[8]
Pada lafadz لمن كان يرجوالله said bin jubair
mengartikannya bagi siapa saja yang mengharapkan bertemu dengan Allah dengan
membawa keimanan, meyakini akan hari kebangkitan dimana seluruh amal perbuatan
manusia akan diberi ganjaran.[9]
Seseorang yang
dimaksud dalam firman ini ada dua pendapat dari beberapa
ulama:
1. Mereka yang dimaksud adalah orang-orang munafik karena ayat ini
terhubung dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang mereka (agar masuk
islam dan mengikuti Nabi).
2. Orang-orang yang dimaksud untuk mengambil teladan dari Nabi
adalah orang-orang yang beriman , karena pada firman selanjutnya disebutkan لمن كان يرجوالله واليوم اللاخر
Sedangkan lafadz وذكرالله كثيرا artinya mengharapkan
pahala dari allah dan takut akan hukuman yang diberikannya.
D. Firman Allah ayat 9 surat al-Ahqaf :
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ
وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah:
"Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak
mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. aku
tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan". (Al-ahqof. 9)
bid’ dan badii’ itu maknanya sama (yang indah) seperti nishf
atau nashiif. Menurut Ikrimah dalam membaca firman Allah itu dengan بدعا (fathah huruf dal)[10],
memperkirakan adanya mudhaf yang dibuang artinya adalah ماكنت صاحب بدع (aku bukanlah orang
pertama).
Firman Allahقل ماكنت بدعامن الرسل seperti yang telah diriwayatkan oleh ibnu
Abbas dan yang lainnya Al-bid’ artinya yang pertama[11].
Namun bukan orang pertama yang diutus, karena telah ada beberapa rasul sebelum
aku (Nabi Muhammad).
بي ولا بكم وماادرى مايفعل maksud ayat ini adalah pada hari kiamat. Dalam asbabun nuzul
ayat tersebut terjadi saat orang-orang musyrik, orang-orang yahudi dan
orang-orang munafik merasa gembira. Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami
mengikuti seorang nabi yang tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapnya, dan
tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadap kita. Sungguh tidak ada
keistimewaan baginya atas kita. Jika dia tidak mengada-ada apa yang
dikatakannya itu dari dalam dirinya, niscaya Dzat yang mengutusnya akan
memberitahukan kepadanya tentang apa yang akan diperbuat terhadapnya. Maka sebelumnya
turunlah ayat :
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ
supaya Allah
memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang
(al-Fath:2). Kemudian dinasakhlah ayat ini pada ayat 9 surat al-Ahqaf. Namun
pendapat yang menyatakan ayat ini dinasakh adalah tidak shahih, sebab apabila
Rasulullah tidak mengetahui tentang sesuatu, kemudian beliau diberitahukan
tentang sesuatu, maka hal itu tidak termasuk dalam kategori penasakh dan yang
dinasakh.[12]
Pendapat yang shahih
untuk ayat tersebut menurut Abu ja’far menyatakan bahwa Rasulullah tidak tahu
apa yang akan menimpa dirinya dan juga mereka, baik itu sakit ataupun sehat, kaya
ataupun miskin, rendah ataupun tinggi,dsb. Karena yang mengetahui segala
sesuatunya adalah hak Allah SWT sedangkan Rasul hanyalah manusia yang diutus
oleh Tuhannya sebagai petujuk untuk menjelaskan firmanNya. Menurut Arh-Thabari[13]
bahwa makna firman Allah tersebut adalah : Aku tidak tahu akan menjadi apa
urusanku dan urusan kalian di dunia, apakah kalian akan kafir ataukah beriman,
apakah kalian akan mendapatkan adzab segera atau ditangguhkan.
Sedangkan Al-Hasan
berkata dari penafsirannya “Aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku
dan terhadap kalian di dunia. Adapun di akhirat Aku(memohon) perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya beliau mengetahui bahwa beliau akan masuk surga saat
beliau mengambil perjanjian menjadi urusan. Meski demikian beliau berkata : Aku
tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku di dunia. Apakah aku akan diusir
sebagaimana para nabi sebelumku diusir, ataukah aku akan dibunuh sebagaimana
para nabi sebelumku. Dan beliau juga tidak tahu apa yang diperbuat terhadap
kalian. Apakah umatku adalah orang-orang yang jujur ataukah para pendusta.[14]
PENUTUP
Para
Rasul adalah utusan Allah yang dipilih oleh-Nya dari tengah umat manusia,
membawa ajaran yang benar, kemudian Allah memunculkan kebenaran mereka agar
manusia dapat melestarikan kebenaran yang mereka bawa. Maka kita sebagai orang
yang beriman pun memiliki kewajiban untuk meyakini bahwa para rasul itu diutus
oleh Allah SWT, membawa ajaran kebenaran-Nya, dan kemudian mengikuti mereka, terutama
terhadap Nabi Muhammad SAW, sebagai penutup para Nabi dan penyempurna ajaran
nabi-nabi sebelumnya.
Nabi Muhammad
adalah tokoh yang layak untuk ditiru berkaitan dengan masalah moralitas,
ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, politik, perjuangan ekonomi, rumah tangga,
bahkan peperangan. Sebagai bukti konsekuensi ikrar syahadah kepada Rasulullah
SAW dengan “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah”.
Maka kesaksian kita harus jujur dan istiqomah. dan berupaya semaksimal mungkin
untuk dapat melaksanakan sunnahnya.
Salah satu
karakteristik risalah yang dibawa beliau diantaranya adalah: Ajaran Nabi Muhammad adalah penggabungan dari ajaran
rasul-rasul sebelumnya. Sehingga ajaran Nabi adalah ajaran
yang mensejarah dan berkaitan dengan kebenaran iman dan kebenaran syari'ah para
nabi terdahulu. Serta Ajaran Muhammad bersifat
universal, sehingga Allah mengutus Rasulullah
untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Risalah Nabi Muhammad cocok untuk semua
kelompok manusia dan semua zaman. Hal ini dimungkinkan karena ajaran islam memenuhi kebutuhan realitas kehidupan.
Meski demikian beliau Nabi Muhammad berkata
: Aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku di dunia. Apakah aku akan
diusir sebagaimana para nabi sebelumku diusir, ataukah aku akan dibunuh
sebagaimana para nabi sebelumku. aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang
diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
menjelaskan. Dan beliau juga tidak tahu apa yang diperbuat terhadap umatnya
karena Nabi Muhammad hanya sebatas utusan penyampai risalah untuk umatnya.
Hanya saja ketika kita ingin mendapatkan syafa’atnya nanti diyaumul qiyamah perbanyaklah
bersholawat kepadanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an
dan terjemahannya, Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud
Al-Qurthubi, Syikh Imam Tafsir
Al-Qurthubi pustaka azzam, 2009 Jakarta
Hart, Michael Buku
islam digital 100 tokoh paling berpengaruh di dunia
Ibnu
Bayan Al-Jami’
Nurwahid, Hidayat dari
makalah kewajiban terhadap Rasul